Fistula arteriovenosa (AVF) adalah koneksi abnormal antara arteri dan vena.
Dalam sistem peredaran darah normal, darah mengalir dari arteri ke kapiler, di mana ia mengirimkan oksigen dan nutrisi ke jaringan sebelum bergerak ke vena yang mengembalikannya ke jantung. Dalam AVF, darah melewati kapiler dan mengalir langsung dari arteri ke vena, mengganggu sirkulasi normal. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi karena jaringan mungkin tidak menerima oksigen dan nutrisi yang cukup.
AVF dapat terjadi secara alami (kongenital) atau akibat cedera atau prosedur bedah. Mereka sering dibuat dengan sengaja untuk pasien dialisis untuk memfasilitasi akses mudah dan berulang ke aliran darah.
AVF dapat terjadi di mana saja di tubuh, tetapi di sini kita membahas AVF di otak, yang dikenal sebagai AVF serebral.
Apa saja gejala fistula arteriovenosa serebral?
Gejala fistula arteriovenosa dapat bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasinya. Beberapa gejala meliputi:
Stroke hemoragik karena perdarahan AVF dapat mengakibatkan sakit kepala, kelemahan, atau mati rasa.
Kejang.
Suara dering yang dikenal sebagai tinnitus atau suara aliran berdenyut yang dikenal sebagai pulsatile bruit.
Nyeri leher atau punggung.
Apa penyebab fistula arteriovenosa serebral?
Penyebab fistula arteriovenosa serebral meliputi:
Cacat bawaan. Beberapa individu dilahirkan dengan AVF karena perkembangan vaskular yang abnormal selama pertumbuhan janin.
Trauma. Cedera yang menembus kulit, seperti luka tusuk atau tembak, dapat menyebabkan terbentuknya AVF.
Prosedur bedah. AVF sering dibuat secara bedah untuk pasien yang menjalani hemodialisis untuk menyediakan aliran darah yang kuat yang dapat diakses berulang kali untuk dialisis.
Kondisi medis. Kondisi seperti aneurisma atau malformasi vaskular dapat menyebabkan perkembangan AVF.
Apa komplikasi dan penyakit terkait fistula arteriovenosa serebral?
Fistula arteriovenosa dapat menyebabkan beberapa komplikasi jika tidak diobati:
Gagal jantung. Aliran darah yang tidak normal dapat membebani jantung karena mencoba mengkompensasi sirkulasi yang berubah, berpotensi menyebabkan gagal jantung.
Pendarahan. Vena yang terhubung ke arteri tidak dilengkapi untuk menangani tekanan tinggi, meningkatkan risiko perdarahan.
Pembekuan darah. Aliran darah yang bergejolak dapat menyebabkan pembentukan bekuan, meningkatkan risiko trombosis vena dalam (DVT) atau emboli paru.
Pada usia 26 tahun, Reina menderita aneurisma otak pecah dan stroke. Kisahnya menyoroti dampak penyelamatan jiwa dari perawatan medis yang cepat dan tekadnya yang tak terpatahkan untuk mendapatkan kembali hidupnya.
Sakit kepala yang terus-menerus adalah salah satu tanda umum adanya tumor otak. Namun, apakah sakit kepala Anda benar-benar perlu dikhawatirkan? Ahli bedah saraf, Dr Nicolas Kon, menjelaskan.