Mendiagnosis perdarahan subaraknoid melibatkan beberapa langkah:
Pemeriksaan fisik. Penilaian neurologis untuk mengidentifikasi tanda-tanda SAH.
Tes pencitraan.
CT Scan (Computed Tomography) dan CT Angiogram. Dengan cepat mengidentifikasi perdarahan di ruang subaraknoid.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan MR Angiogram. Memberikan gambaran detail jaringan otak dan pembuluh darah.
Pungsi lumbal. Untuk mendeteksi darah dalam cairan serebrospinal jika tes pencitraan tidak meyakinkan.
Angiografi serebral (kateter). Tes pencitraan menggunakan injeksi zat kontras untuk memvisualisasikan anatomi arteri dan vena otak.
Bagaimana perdarahan subaraknoid diobati?
Pengobatan perdarahan subaraknoid tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya:
Perawatan darurat. Perhatian medis segera untuk menstabilkan pasien, terutama dalam hal tekanan darah dan pernapasan.
Obat-obatan.
Antihipertensi. Untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko perdarahan lebih lanjut.
Antikonvulsan. Untuk mencegah atau mengendalikan kejang.
Pembedahan.
Clipping aneurisma. Prosedur bedah (kraniotomi) untuk menempatkan klip pada leher aneurisma untuk menghentikan perdarahan.
Perawatan endovaskular. Prosedur minimal invasif oleh tim radiologi intervensi untuk memasukkan koil atau stent melalui arteri untuk mengisi aneurisma, mencegah pecah, dan menjaga patensi (keterbukaan) arteri utama.
Perawatan suportif. Meliputi dukungan pernapasan, manajemen cairan, dan pengobatan gangguan kesadaran.
Rehabilitasi. Terapi fisik, okupasi, dan wicara untuk memulihkan fungsi yang hilang dan meningkatkan kualitas hidup.
Pada usia 26 tahun, Reina menderita aneurisma otak pecah dan stroke. Kisahnya menyoroti dampak penyelamatan jiwa dari perawatan medis yang cepat dan tekadnya yang tak terpatahkan untuk mendapatkan kembali hidupnya.
Sakit kepala yang terus-menerus adalah salah satu tanda umum adanya tumor otak. Namun, apakah sakit kepala Anda benar-benar perlu dikhawatirkan? Ahli bedah saraf, Dr Nicolas Kon, menjelaskan.